Doa Agar Anak Rajin Shalat “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang senantiasa mendirikan salat, Wahai Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40) ____________________________________ Oleh: Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya. Doa ini adalah salah satu doa terbaik yang pernah dipanjatkan Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihis salam yang dibadikan dalam Al-Qur'an. Pasti doa ini sangat istimewa dan penuh keberkahan. Selayaknya setiap hamba mukmin menjaganya dan senantiasa membacanya. Karena tidak ada sesuatu yang lebih disukai seorang hamba mukmin daripada dia dan orang-orang yang dicintainya menjadi ahli shalat. Karena shalat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam agama seseorang. Shalat menjadi tiang agamanya dan barometer keimanannya, jika baik shalatnya maka baik pula semua amalnya; sebaliknya jika buruk shalatnya maka buruk pula semua amalnya. Allah mengabadikan doa Ibadurrahman yang berisi harapan dari pasangan dan anak turunnya sebagai qurrata a’yun (penyejuk mata dan pembahagia hati), yakni mereka menjadi hamba-hamba Allah yang taat kepada-Nya. ٍ “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang- orang yang bertakwa.” (QS. Al- Furqan: 74) Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah memaknakan “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-
istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),” adalah yang taat kepada Allah, karena tiada sesuatu yang lebih membuat senang pandangan seorang mukmin dari pada melihat orang yang dicintainya dalam ketaatan." (Lihat Fathul Baari dalam tafsir ayat di atas). Sebaliknya, Allah menyebutkan ciri utama generasi pengganti buruk lagi sesat dengan sifat tidak memperhatikan urusan shalat.“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam:
59) Makna Idha’atus Shalat (menyia- nyiakan shalat) menurut ulama tafsir adalah shalat di luar waktunya dan suka meninggalkan shalat. Karenanya Syariat datang memerintahkan kepada orang tua untuk menyuruh anak-anaknya shalat saat usia 7 tahun. Jika masih suka meninggalkan shalat saat masuk usia 10 tahun agar memukulnya. Ini juga mengandung perintah agar orang tua mengajari anak-anaknya shalat. Kemudian usaha ini disempurnakan dengan doa agar Allah memberikan taufik kepada diri kita dan anak-anak turun kita untuk menjaga urusan shalat ini. Karena tidak ada sesuatu terjadi di
muka bumi ini kecuali dengan izin dan kehendaknya, termasuk menjadi orang yang menegakkan shalat. Penjelasan Isi Doa Maksud “Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang-orang yang senantiasa mendirikan salat” adalah: Wahai Rabbku jadikan aku termasuk orang yang menjaga shalat pada waktunya, menyempurnakan rukun dan syarat-syaratnya, serta apa saja yang menjadikan shalat itu sempurna. Dikhususkannya menegakkan shalat dengan doa ini yang tidak diminta secara khusus pada ibadah-ibadah selainnya menunjukkan pentingnya urusan shalat. Karena shalat merupakan syi’ar iman dan pokok amal dalam Islam. “Dan anak turunku. .”: begitu juga jadikan dari anak turunku orang yang menegakkan shalat dengan cara yang sempurna dan paripurna. “Wahai Tuhan kami, perkenankanlah doaku,”: Ya Allah kabulkan doaku ini. Berisi pengulangan dan desakan agar doa benar-benar dikabulkan. Dibuktikan pengulangan nida’ (panggilan) kepada Allah dengan menyebut Rububiyyah- Nya yang menunjukkan tadharru’ (merendahkan diri) yang sempurna di hadapan Allah 'Azza Wa Jalla. Wallahu Ta’ala A’lam.
Sabtu, 26 April 2014
Selasa, 22 April 2014
Sosialisasi peraturan rukem al ihsan
Sosialisasi peraturan rukem al ihsan pertama kali di laksana di lingkungan warga rt 1 ,pada tgl 20 april 2014 pkl 19.30 s/d selesai .alhamdulilah respon warga baik
Selasa, 15 April 2014
Hukum Kencing Sembarangan di Pinggir Jalan
Hukum Kencing Sembarangan di
Pinggir Jalan.Perlu diketahui bahwa kelakuan
kencing di pinggir jalan seperti ini
tanpa menutupi diri adalah termasuk
dosa besar, juga menjadi sebab
terkena siksa di alam kubur. Di
samping itu pakaian mudah terkena najis karena bekas kencing pada
kemaluan tidak dibersihkan, begitu
pula bau kencing tersebut sangat
mengganggu orang lain. Ancaman Dosa Besar Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati salah satu sudut kota
Madinah atau Makkah, lalu beliau
mendengar suara dua orang yang
sedang diazab di kubur. Beliau pun
bersabda, “Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan
perkara besar, namun sesungguhnya
itu perkara besar. Orang yang pertama
disiksa karena tidak menutupi diri
ketika kencing. Adapun orang yang
kedua disiksa karena suka mengadu domba.” (HR. Bukhari 216 dan Muslim no. 292). Imam Nawawi mengartikan orang
yang pertama itu tidak berhati-hati
ketika kencing. ( Syarh Shahih Muslim, 3: 178, terbitan Dar Ibnu Hazm). Ada tiga tafsiran untuk sabda Nabi
“Mereka tidak disiksa untuk perkara yang berat ditinggalkan, namun itu
perkara besar“: 1- Mereka yang disiksa menganggap
bahwa hal itu bukan perkara besar
(dosa besar). 2- Kedua hal tersebut tidak berat
untuk ditinggalkan. 3- Mereka menganggap itu bukan
dosa yang lebih besar dari dosa besar.
Kata Imam Nawawi, tafsiran ketiga ini
menunjukkan bahwa siksa kubur
bukan hanya diberi lantaran dosa
besar. Dosa selain dosa besar pun bisa dikenakan siksa kubur. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 3: 179). Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Hadits di atas
menunjukkan wajibnya menutupi diri
saat kencing, juga menunjukkan
bahwa tidak membersihkan bekas
kencing termasuk dosa besar. Begitu
pula untuk najis lainnya lebih dari itu. Karena bekas kencing itu berat untuk
dihindari, namun diperintahkan untuk
dibersihkan. Maka najis lainnya lebih
pantas dibersihkan daripada
kencing.” (Syarh ‘Umdatil Ahkam , hal. 62, terbitan Darut Tauhid). Kencing sembarangan berarti
mengandung dua kesalahan seperti
yang dikatakan Syaikh As Sa’di, yaitu
tidak menutupi diri dan tidak menjaga
bekas kencing yang terkena pakaian. Kebanyakan Siksa Kubur Karena
Kencing Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ِοΊƒ “Kebanyakan sebab siksa kubur adalah karena kencing.” (HR. Ahmad 2: 326. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim menurut Syaikh
Syuaib Al Arnauth). Dalam riwayat Ad Daruquthni
disebutkan hadits dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ُ“Bersihkanlah diri dari kencing karena mayoritas siksa kubur disebabkan
karena kencing.” (HR. Ad Daruquthni 1: 128 no. 7. Yang benar hadits ini
mursal. Hadits mursal termasuk hadits
dhoif). Ash Shon’ani berkata, “Kebanyakan
siksa kubur itu ada karena pakaian
yang terkena bekas kencing dan
tidaknya bersih saat kencing.” Imam
Syafi’i berkata, “Perintah
membersihkan diri dari kencing adalah suatu kewajiban. Kecuali jika
sulit dihilangkan (lantaran penyakit
misalnya, -pen), maka itu dimaafkan.”
Imam Syafi’i berdalil akan wajibnya
berdasarkan hadits yang
menunjukkan adanya siksa kubur karena tidak membersihkan diri dari
kencing. Ancaman itu ada hanya
karena meninggalkan suatu yang
wajib. (Lihat Subulus Salam, 1: 315, terbitan Dar Ibnul Jauzi). Terlarang Menyakiti dan
Mengganggu Orang Lain Segala bentuk menyakiti orang lain
dilarang. Di antaranya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri petunjuk dalam hadits berikut. Dari Jabir, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau melarang kencing di air yang
tergenang. (HR. Muslim no. 281). Juga beliau shallaallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َ “Tidak boleh memulai memberi dampak buruk (mudarat) pada orang
lain, begitu pula membalasnya.” (HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni
3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al Hakim 2: 66.
Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih) . Dalam hadits ini dengan jelas
terlarang memberi mudarat pada
orang lain dan kencing sembarangan
termasuk dalam larangan ini. Karena
bau kencing dan kencingnya itu
sendiri sangat mengganggu orang yang lewat dan berada dekat dengan
tempat tersebut. Anak diajar kencing sembarangan Catatan: Salah satu didikan yang keliru
pada anak adalah mengajarkan anak
buang air kecil (kencing)
sembarangan di depan rumah. Karena
seperti ini berarti tidak mengajarkan
anak untuk bersih dari najis dan ketika dewasa ia akan meneruskan
kebiasaan jelek tersebut. Jadi
waspadalah orang tua! Jika Terpaksa Tidak Ada Kamar
Mandi Jika terpaksa tidak mendapatkan
kamar mandi, misal sedang di jalan,
maka jauhilah dari pandangan
manusia. Dari Jabir bin ‘Abdillah
radhiyallahu ‘anhu, beliau -“Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika safar, beliau tidak menunaikan
hajatnya di tempat terbuka, namun
beliau pergi ke tempat yang jauh
sampai tidak nampak dan tidak
terlihat.” (HR. Ibnu Majah no. 335 dan Abu Daud no. 2. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih) Juga jauhilah tempat-tempat yang
biasa dilalui oleh orang-orang, tempat
nongkrong, tempat duduk, pohon
dan berbagai tempat yang dapat
menyakiti orang lain. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ِ « “Waspadalah dengan dua orang yang terkena laknat.” Mereka berkata,
“Siapakah yang kena laknat
tersebut?” Beliau menjawab, “Orang
yang buang hajat di tempat orang lalu
lalang atau di tempat mereka
bernaung.” (HR. Muslim no. 269). Ash Shon’ani berkata, “Yang
dimaksud adalah buang hajat (berak)
di tempat orang lalu lalang. Perbuatan
seperti ini dapat menyakiti orang yang
lewat dan mengotori jalan tersebut.
Inilah sebab mendapatkan laknat.” (Subulus Salam, 1: 293). Jangan lupa pula sehabis kencing
atau buang hajat, hendaklah
kotorannya disiram atau ditutupi
sehingga tidak mengganggu
orang lain. Semoga dengan mengetahui hal ini
kita semakin bertakwa kepada Allah
dalam menjauhi yang dilarang. Hanya
Allah yang memberi taufik.
Pinggir Jalan.Perlu diketahui bahwa kelakuan
kencing di pinggir jalan seperti ini
tanpa menutupi diri adalah termasuk
dosa besar, juga menjadi sebab
terkena siksa di alam kubur. Di
samping itu pakaian mudah terkena najis karena bekas kencing pada
kemaluan tidak dibersihkan, begitu
pula bau kencing tersebut sangat
mengganggu orang lain. Ancaman Dosa Besar Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati salah satu sudut kota
Madinah atau Makkah, lalu beliau
mendengar suara dua orang yang
sedang diazab di kubur. Beliau pun
bersabda, “Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan
perkara besar, namun sesungguhnya
itu perkara besar. Orang yang pertama
disiksa karena tidak menutupi diri
ketika kencing. Adapun orang yang
kedua disiksa karena suka mengadu domba.” (HR. Bukhari 216 dan Muslim no. 292). Imam Nawawi mengartikan orang
yang pertama itu tidak berhati-hati
ketika kencing. ( Syarh Shahih Muslim, 3: 178, terbitan Dar Ibnu Hazm). Ada tiga tafsiran untuk sabda Nabi
“Mereka tidak disiksa untuk perkara yang berat ditinggalkan, namun itu
perkara besar“: 1- Mereka yang disiksa menganggap
bahwa hal itu bukan perkara besar
(dosa besar). 2- Kedua hal tersebut tidak berat
untuk ditinggalkan. 3- Mereka menganggap itu bukan
dosa yang lebih besar dari dosa besar.
Kata Imam Nawawi, tafsiran ketiga ini
menunjukkan bahwa siksa kubur
bukan hanya diberi lantaran dosa
besar. Dosa selain dosa besar pun bisa dikenakan siksa kubur. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 3: 179). Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Hadits di atas
menunjukkan wajibnya menutupi diri
saat kencing, juga menunjukkan
bahwa tidak membersihkan bekas
kencing termasuk dosa besar. Begitu
pula untuk najis lainnya lebih dari itu. Karena bekas kencing itu berat untuk
dihindari, namun diperintahkan untuk
dibersihkan. Maka najis lainnya lebih
pantas dibersihkan daripada
kencing.” (Syarh ‘Umdatil Ahkam , hal. 62, terbitan Darut Tauhid). Kencing sembarangan berarti
mengandung dua kesalahan seperti
yang dikatakan Syaikh As Sa’di, yaitu
tidak menutupi diri dan tidak menjaga
bekas kencing yang terkena pakaian. Kebanyakan Siksa Kubur Karena
Kencing Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ِοΊƒ “Kebanyakan sebab siksa kubur adalah karena kencing.” (HR. Ahmad 2: 326. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim menurut Syaikh
Syuaib Al Arnauth). Dalam riwayat Ad Daruquthni
disebutkan hadits dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ُ“Bersihkanlah diri dari kencing karena mayoritas siksa kubur disebabkan
karena kencing.” (HR. Ad Daruquthni 1: 128 no. 7. Yang benar hadits ini
mursal. Hadits mursal termasuk hadits
dhoif). Ash Shon’ani berkata, “Kebanyakan
siksa kubur itu ada karena pakaian
yang terkena bekas kencing dan
tidaknya bersih saat kencing.” Imam
Syafi’i berkata, “Perintah
membersihkan diri dari kencing adalah suatu kewajiban. Kecuali jika
sulit dihilangkan (lantaran penyakit
misalnya, -pen), maka itu dimaafkan.”
Imam Syafi’i berdalil akan wajibnya
berdasarkan hadits yang
menunjukkan adanya siksa kubur karena tidak membersihkan diri dari
kencing. Ancaman itu ada hanya
karena meninggalkan suatu yang
wajib. (Lihat Subulus Salam, 1: 315, terbitan Dar Ibnul Jauzi). Terlarang Menyakiti dan
Mengganggu Orang Lain Segala bentuk menyakiti orang lain
dilarang. Di antaranya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri petunjuk dalam hadits berikut. Dari Jabir, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau melarang kencing di air yang
tergenang. (HR. Muslim no. 281). Juga beliau shallaallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َ “Tidak boleh memulai memberi dampak buruk (mudarat) pada orang
lain, begitu pula membalasnya.” (HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni
3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al Hakim 2: 66.
Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih) . Dalam hadits ini dengan jelas
terlarang memberi mudarat pada
orang lain dan kencing sembarangan
termasuk dalam larangan ini. Karena
bau kencing dan kencingnya itu
sendiri sangat mengganggu orang yang lewat dan berada dekat dengan
tempat tersebut. Anak diajar kencing sembarangan Catatan: Salah satu didikan yang keliru
pada anak adalah mengajarkan anak
buang air kecil (kencing)
sembarangan di depan rumah. Karena
seperti ini berarti tidak mengajarkan
anak untuk bersih dari najis dan ketika dewasa ia akan meneruskan
kebiasaan jelek tersebut. Jadi
waspadalah orang tua! Jika Terpaksa Tidak Ada Kamar
Mandi Jika terpaksa tidak mendapatkan
kamar mandi, misal sedang di jalan,
maka jauhilah dari pandangan
manusia. Dari Jabir bin ‘Abdillah
radhiyallahu ‘anhu, beliau -“Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika safar, beliau tidak menunaikan
hajatnya di tempat terbuka, namun
beliau pergi ke tempat yang jauh
sampai tidak nampak dan tidak
terlihat.” (HR. Ibnu Majah no. 335 dan Abu Daud no. 2. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih) Juga jauhilah tempat-tempat yang
biasa dilalui oleh orang-orang, tempat
nongkrong, tempat duduk, pohon
dan berbagai tempat yang dapat
menyakiti orang lain. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ِ « “Waspadalah dengan dua orang yang terkena laknat.” Mereka berkata,
“Siapakah yang kena laknat
tersebut?” Beliau menjawab, “Orang
yang buang hajat di tempat orang lalu
lalang atau di tempat mereka
bernaung.” (HR. Muslim no. 269). Ash Shon’ani berkata, “Yang
dimaksud adalah buang hajat (berak)
di tempat orang lalu lalang. Perbuatan
seperti ini dapat menyakiti orang yang
lewat dan mengotori jalan tersebut.
Inilah sebab mendapatkan laknat.” (Subulus Salam, 1: 293). Jangan lupa pula sehabis kencing
atau buang hajat, hendaklah
kotorannya disiram atau ditutupi
sehingga tidak mengganggu
orang lain. Semoga dengan mengetahui hal ini
kita semakin bertakwa kepada Allah
dalam menjauhi yang dilarang. Hanya
Allah yang memberi taufik.
Sabtu, 12 April 2014
Bagi yang Masih Hidup, Perbanyaklah Mengingat Mati!
Bagi
yang Masih Hidup, Perbanyaklah Mengingat Mati! Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin,
Lc. Bagi yang masih hidup perbanyaklah mengingat mati…karena; 1. Mengingat mati adalah ibadah
yang sangat dianjurkan ,“Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Perbanyaklah mengingat pemutus
kelezatan”, yaitu kematian”. HR.
Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi. 2. Maut kapan saja bisa menghampiri dan tidak akan
pernah keliru dalam hitungannya,
maka jauhilah perbuatan dosa dari
kesyirikan, bid’ah dan maksiat
lainnya . Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai
batas waktu; maka apabila telah
datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat
pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya”. QS. Al A’raf: 34. Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak
akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu
kematiannya. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
QS. Al Munafiqun:11. Berkata Ibnu Utsaimin rahimakumullah. Artinya: “Renungkanlah wahai
manusia, (sebenarnya) kamu akan
dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang
manusia keluar dari rumahnya dan
tidak kembali kepadanya (karena
mati), terkadang manusia duduk di
atas kursi kantornya dan tidak bisa
bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas
kasurnya, akan tetapi dia malah
dibawa dari kasurnya ke tempat
pemandian mayatnya (karena mati).
Hal ini merupakan sebuah perkara
yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan
umur, dengan taubat kepada Allah
Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya
manusia selalu merasa dirinya
bertaubat, kembali, menghadap
kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya
keadaan yang diinginkan”. Lihat
Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu
Utsaimin, 8/474. 3. Maut tidak ada yang mengetahui
kapan datangnya melainkan Allah
Ta’ala semata, tetapi dia pasti
mendatangi setiap yang bernyawa,
maka jauhilah hal-hal yang tidak
bermanfaat selama hidup. . Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barang
siapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang
memperdayakan”. QS. Ali Imran: 185. Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya
pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang
menurunkan hujan, dan mengetahui
apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal”. QS. Lukman: 34. 4. Siapa yang mati mulai saat itulah
kiamatnya, tidak ada lagi waktu
untuk beramal. Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha
berkata: “Orang-orang kampung Arab
jika datang menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka
bertanya tentang hari kiamat, kapan
datangnya, lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melihat
kepada seorang yang paling muda
dari mereka, kemudian beliau
bersabda: “Jika hidup pemuda ini dan
tidak mendapati kematian, maka mulai
saat itulah kiamat kalian datang”. HR. Muslim. Al Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu
‘anhu berkata: “Wahai manusia,
sesungguhnya kalian mengucapkan:
“Kiamat, kiamat…maka ketahuilah,
siapa yang mati mulai saat itulah
dibangkitkan kiamat dia”. Lihat kitab Al Mustadrak ‘Ala majmu’ al Fatawa,
1/88. Berkata Ibnu Utsaimin rahimahullah: Artinya: “Yang demikian itu, karena
seorang manusia jika mati, maka dia
masuk ke dalam hari kiamat, oleh
sebab itulah dikatakan: ‘Siapa yang
mati mulailah kiamatnya, setiap apa
yang ada sesudah kematian, maka sesungguhnya hal itu termasuk dari
hari akhir. Jadi, alangkah dekatnya
hari kiamat bagi kita, tidak ada
jaraknya antara kita dengannya,
melainkan ketika sesesorang mati,
kemudian dia masuk ke kehidupan akhirat, tidak ada di dalamnya kecuali
balasan atas amal perbuatan. Oleh
sebab inilah, harus bagi kita untuk
memperhatikan poin penting ini”.
Lihat Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu
Utsaimin, 8/474. 5. Dengan mengingat mati
melapangkan dada, menambah
ketinggian frekuensi ibadah Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata: ‘Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
“Perbanyaklah mengingat
pemutuskan kelezatan, yaitu
kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya
ketika dalam keadaan kesempitan
hidup, melainkan dia akan
melapangkannya, dan tidaklah
seseorang mengingatnya ketika
dalam keadaan lapang, melainkan dia akan menyempitkannya”. HR. Ibnu
HIbban dan dishahihkan di dalam
kitab Shahih Al Jami’. Berkata Ad Daqqaq rahimahullah:Artinya: “Barangsiapa yang banyak
mengingat kematian maka dimuliakan
dengan tiga hal: “Bersegera taubat,
puas hati dan semangat ibadah, dan
barangsiapa yang lupa kematian
diberikan hukuman dengan tiga hal; mengundur taubat, tidak ridha
dengan keadaan dan malas ibadah”.
Lihat kitab At Tadzkirah fi Ahwal Al
Mauta wa Umur Al Akhirah, karya Al
Qurthuby. 6. Dengan mengingat mati
seseorang akan menjadi mukmin
yang cerdas berakal , mari perhatikan riwayat berikut: ». Artinya: “Abdullah bin Umar
radhiyallahu ‘anhuma bercerita: “Aku
pernah bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, lalu datang seorang
lelaki dari kaum Anshar
mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam lalu bertanya: “Wahai
Rasulullah, orang beriman manakah
yang paling terbaik?”, beliau
menjawab: “Yang paling baik
akhlaknya”, orang ini bertanya lagi: “Lalu orang beriman manakah yang
paling berakal (cerdas)?”, beliau
menjawab: “Yang paling banyak
mengingat kematian dan paling baik
persiapannya setelah kematian,
merekalah yang berakal”. HR. Ibnu Majah dan dishahihkan di dalam kitab
Shahih Ibnu Majah. 7. Hari ini yang ada hanya beramal
tidak hitungan, besok sebaliknya. Ali Bin Thalib radhiyallahu ‘anhu
berkata: . Artinya: “Dunia sudah pergi
meninggalkan, dan akhirat datang
menghampiri, dan setiap dari
keduanya ada pengekornya, maka
jadilah kalian dari orang-orang yang
mendambakan kehidupan akhirat dan jangan kalian menjadi orang-
orang yang mendambakan dunia,
karena sesungguhnya hari ini (di
dunia) yang ada hanya amal
perbuatan dan tidak ada hitungan
dan besok (di akhirat) yang ada hanya hitungan tidak ada amal”. Lihat
kitab Shahih Bukhari.
yang Masih Hidup, Perbanyaklah Mengingat Mati! Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin,
Lc. Bagi yang masih hidup perbanyaklah mengingat mati…karena; 1. Mengingat mati adalah ibadah
yang sangat dianjurkan ,“Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Perbanyaklah mengingat pemutus
kelezatan”, yaitu kematian”. HR.
Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi. 2. Maut kapan saja bisa menghampiri dan tidak akan
pernah keliru dalam hitungannya,
maka jauhilah perbuatan dosa dari
kesyirikan, bid’ah dan maksiat
lainnya . Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai
batas waktu; maka apabila telah
datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat
pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya”. QS. Al A’raf: 34. Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak
akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu
kematiannya. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
QS. Al Munafiqun:11. Berkata Ibnu Utsaimin rahimakumullah. Artinya: “Renungkanlah wahai
manusia, (sebenarnya) kamu akan
dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang
manusia keluar dari rumahnya dan
tidak kembali kepadanya (karena
mati), terkadang manusia duduk di
atas kursi kantornya dan tidak bisa
bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas
kasurnya, akan tetapi dia malah
dibawa dari kasurnya ke tempat
pemandian mayatnya (karena mati).
Hal ini merupakan sebuah perkara
yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan
umur, dengan taubat kepada Allah
Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya
manusia selalu merasa dirinya
bertaubat, kembali, menghadap
kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya
keadaan yang diinginkan”. Lihat
Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu
Utsaimin, 8/474. 3. Maut tidak ada yang mengetahui
kapan datangnya melainkan Allah
Ta’ala semata, tetapi dia pasti
mendatangi setiap yang bernyawa,
maka jauhilah hal-hal yang tidak
bermanfaat selama hidup. . Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barang
siapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang
memperdayakan”. QS. Ali Imran: 185. Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya
pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang
menurunkan hujan, dan mengetahui
apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal”. QS. Lukman: 34. 4. Siapa yang mati mulai saat itulah
kiamatnya, tidak ada lagi waktu
untuk beramal. Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha
berkata: “Orang-orang kampung Arab
jika datang menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka
bertanya tentang hari kiamat, kapan
datangnya, lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melihat
kepada seorang yang paling muda
dari mereka, kemudian beliau
bersabda: “Jika hidup pemuda ini dan
tidak mendapati kematian, maka mulai
saat itulah kiamat kalian datang”. HR. Muslim. Al Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu
‘anhu berkata: “Wahai manusia,
sesungguhnya kalian mengucapkan:
“Kiamat, kiamat…maka ketahuilah,
siapa yang mati mulai saat itulah
dibangkitkan kiamat dia”. Lihat kitab Al Mustadrak ‘Ala majmu’ al Fatawa,
1/88. Berkata Ibnu Utsaimin rahimahullah: Artinya: “Yang demikian itu, karena
seorang manusia jika mati, maka dia
masuk ke dalam hari kiamat, oleh
sebab itulah dikatakan: ‘Siapa yang
mati mulailah kiamatnya, setiap apa
yang ada sesudah kematian, maka sesungguhnya hal itu termasuk dari
hari akhir. Jadi, alangkah dekatnya
hari kiamat bagi kita, tidak ada
jaraknya antara kita dengannya,
melainkan ketika sesesorang mati,
kemudian dia masuk ke kehidupan akhirat, tidak ada di dalamnya kecuali
balasan atas amal perbuatan. Oleh
sebab inilah, harus bagi kita untuk
memperhatikan poin penting ini”.
Lihat Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu
Utsaimin, 8/474. 5. Dengan mengingat mati
melapangkan dada, menambah
ketinggian frekuensi ibadah Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata: ‘Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
“Perbanyaklah mengingat
pemutuskan kelezatan, yaitu
kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya
ketika dalam keadaan kesempitan
hidup, melainkan dia akan
melapangkannya, dan tidaklah
seseorang mengingatnya ketika
dalam keadaan lapang, melainkan dia akan menyempitkannya”. HR. Ibnu
HIbban dan dishahihkan di dalam
kitab Shahih Al Jami’. Berkata Ad Daqqaq rahimahullah:Artinya: “Barangsiapa yang banyak
mengingat kematian maka dimuliakan
dengan tiga hal: “Bersegera taubat,
puas hati dan semangat ibadah, dan
barangsiapa yang lupa kematian
diberikan hukuman dengan tiga hal; mengundur taubat, tidak ridha
dengan keadaan dan malas ibadah”.
Lihat kitab At Tadzkirah fi Ahwal Al
Mauta wa Umur Al Akhirah, karya Al
Qurthuby. 6. Dengan mengingat mati
seseorang akan menjadi mukmin
yang cerdas berakal , mari perhatikan riwayat berikut: ». Artinya: “Abdullah bin Umar
radhiyallahu ‘anhuma bercerita: “Aku
pernah bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, lalu datang seorang
lelaki dari kaum Anshar
mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam lalu bertanya: “Wahai
Rasulullah, orang beriman manakah
yang paling terbaik?”, beliau
menjawab: “Yang paling baik
akhlaknya”, orang ini bertanya lagi: “Lalu orang beriman manakah yang
paling berakal (cerdas)?”, beliau
menjawab: “Yang paling banyak
mengingat kematian dan paling baik
persiapannya setelah kematian,
merekalah yang berakal”. HR. Ibnu Majah dan dishahihkan di dalam kitab
Shahih Ibnu Majah. 7. Hari ini yang ada hanya beramal
tidak hitungan, besok sebaliknya. Ali Bin Thalib radhiyallahu ‘anhu
berkata: . Artinya: “Dunia sudah pergi
meninggalkan, dan akhirat datang
menghampiri, dan setiap dari
keduanya ada pengekornya, maka
jadilah kalian dari orang-orang yang
mendambakan kehidupan akhirat dan jangan kalian menjadi orang-
orang yang mendambakan dunia,
karena sesungguhnya hari ini (di
dunia) yang ada hanya amal
perbuatan dan tidak ada hitungan
dan besok (di akhirat) yang ada hanya hitungan tidak ada amal”. Lihat
kitab Shahih Bukhari.
Jumat, 11 April 2014
9 Alasan Mengapa Mukmin Senang Berdoa
9 Alasan Mengapa Mukmin Senang
Berdoa. Mengapa
orang-
orang
mukmin
senang
berdoa kepada
Allah
Subhanahu
wa
Ta’ala?
Berikut penjelasan
KH
Muhammad
Arifin
Ilham
sebagaimana ditulis
di
fan page Facebook-nya : 1. Berdoa adalah perintah Allah (QS. Ghofir 60). Semakin kuat iman semakin sering berdoa, karena semua tunduk dalam kemauan dan kekuasaanNya. 2. Para Rasul berdoa dan mencontohkan berdoa (Al Muntahanah 4-6, Al Ahzab 21). 3. Kita banyak hajat, banyak masalah, banyak harapan dan tidak tahu apa yang akan terjadi karena itulah kita ingin Allah membimbing kita agar sukses dan terhindar dari kesulitan. 4. Tidak ingin dicap sebagai mahlukNya yang sombong karena saat kita berdoa "Anta abdy" engkau adalah hambaKu. Senangnya diakui sebagai hamba Allah. 6. Sadar dirinya seorang hamba yang banyak kekurangan, kelemahan dan kesalahan (QS. Muhammad 38) 5. Bukti bahwa kita hanya bergantung
pada Allah karena itulah kita hanya bermohon kepada Allah (QS. Al Baqoroh 45). 6. Banyak persoalan yang tidak dapat diselesaikan kecuali dengan keajaiban
doa. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Semua bisa terjadi dengan doa. 7. Bersyukur diberi kesempatan untuk
bermunajat, sungguh Rasulullah mengkhabarkan berita gembira bahwa hamba Allah yang paling beruntung di akhirat nanti adalah tatkala dibuka catatan amalnya ternyata paling banyak catatan munajat ampunan kepada Allah. 8. Dicintai Allah, "Sesungguhnya Allah sangat menyukai hambaNya "dua almulihhiin" merengek rengek kepadaNya". Allah sangat senang hambaNya yang selalu menghinakan diri dihadapanNya dengan selalu berdoa kepadanya. 9. Kesenangan hamba yang beriman, gimana ngga senang, wong saat berdoa ditatap Allah, didengar Allah, diperhatikan Allah. Allahumma ya Allah tumbuhkan pada diri kami kesenangan berdoa yang Engkau ijabah...aamiin. Jangan lupa sebelum tidur berwudhu, berdoa, berzikir dan berazam sholat malam.
Berdoa. Mengapa
orang-
orang
mukmin
senang
berdoa kepada
Allah
Subhanahu
wa
Ta’ala?
Berikut penjelasan
KH
Muhammad
Arifin
Ilham
sebagaimana ditulis
di
fan page Facebook-nya : 1. Berdoa adalah perintah Allah (QS. Ghofir 60). Semakin kuat iman semakin sering berdoa, karena semua tunduk dalam kemauan dan kekuasaanNya. 2. Para Rasul berdoa dan mencontohkan berdoa (Al Muntahanah 4-6, Al Ahzab 21). 3. Kita banyak hajat, banyak masalah, banyak harapan dan tidak tahu apa yang akan terjadi karena itulah kita ingin Allah membimbing kita agar sukses dan terhindar dari kesulitan. 4. Tidak ingin dicap sebagai mahlukNya yang sombong karena saat kita berdoa "Anta abdy" engkau adalah hambaKu. Senangnya diakui sebagai hamba Allah. 6. Sadar dirinya seorang hamba yang banyak kekurangan, kelemahan dan kesalahan (QS. Muhammad 38) 5. Bukti bahwa kita hanya bergantung
pada Allah karena itulah kita hanya bermohon kepada Allah (QS. Al Baqoroh 45). 6. Banyak persoalan yang tidak dapat diselesaikan kecuali dengan keajaiban
doa. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Semua bisa terjadi dengan doa. 7. Bersyukur diberi kesempatan untuk
bermunajat, sungguh Rasulullah mengkhabarkan berita gembira bahwa hamba Allah yang paling beruntung di akhirat nanti adalah tatkala dibuka catatan amalnya ternyata paling banyak catatan munajat ampunan kepada Allah. 8. Dicintai Allah, "Sesungguhnya Allah sangat menyukai hambaNya "dua almulihhiin" merengek rengek kepadaNya". Allah sangat senang hambaNya yang selalu menghinakan diri dihadapanNya dengan selalu berdoa kepadanya. 9. Kesenangan hamba yang beriman, gimana ngga senang, wong saat berdoa ditatap Allah, didengar Allah, diperhatikan Allah. Allahumma ya Allah tumbuhkan pada diri kami kesenangan berdoa yang Engkau ijabah...aamiin. Jangan lupa sebelum tidur berwudhu, berdoa, berzikir dan berazam sholat malam.
Langganan:
Komentar (Atom)